#sekedar curhat corat coret krn lama nda nulis sesuatu..
#sekedar berbagi pikiran dan kisah..
Sebut
saja masjid al-Muhajirin *sebenernya ya memang itu namanya :D * ,
mesjid di mana sumber cerita ini berasal, tempat penulis sholat jum'at
setiap minggunya. Mesjid yg ckup besar,, ada TPA-nya dan konon katanya
sedang membangun gedung untuk program Tahfizh al-Quran. Cukup tentang
masjidnya, krn memang cerita ini bukan untuk menebarkan pesona sang
mesjid, bukan pula untuk sarana complain tentang isi khotbah yg
terkadang "melenceng" sehingga kesannya mesjid tersebut bukan untuk
umum. Di sini penulis cuma ingin berbagi pengalaman dan introspeksi diri
bagaimana suatu kekurangan tidak seharusnya membuat kita enggan untuk
sholat berjamaah di mesjid -penulis jarang berjamaah di mesjid- ,
khususnya sholat jum'at. Ya, suatu kekurangan, atau keterbelakangan,
atau apalah saya bingung menyebutnya. Setiap jum'at, di mesjid itu
penulis selalu melihat tiga orang yg luar biasa, amazing, sensasional,
dan macam" pujian lain yg sering keluar dari mulut Tukul Arwana.
Tiga
orang, 2 di antaranya adalah anak-anak. Anak pertama kira" berumur 7
tahun,, mengalami *maaf* cacat pada kaki kirinya, sehingga ketika duduk
tawarruk atawa iftirosy saat sholat sedikit kesulitan, begitu pula kalo
ingin bangun dari sujud. Luar biasa penulis menyebutnya, karena banyak
anak-anak *termasuk penulis saat masih kecil* lain yg sehat, tidak cacat
apapun, namun bermain-main dalam sholatnya. Tapi anak tersebut beda,
dia sholat dengan tenangnya, mungkin karena nda ada anak kecil lain yg
menggangunya dan yg terpenting adalah dia nda malu dengan keadaannya.
Dia selalu duduk di tengah jamaah dewasa, nda seperti anak" lain yg
memilih bergerombol di dalam mesjid, hanya terkadang dia bersama satu
anak remaja yg sepertinya adalah kakaknya. Selesai sholat anak itu
selalu menadahkan tangannya dan berdoa,, entah apa doa yg dipanjatkan,
semoga Allah mengabulkan doa-doanya, aamiin..
Anak kedua,
entah berumur berapa karena badannya yg jumbo, subur wa gembul. Anak yg
satu ini menginap autism, tapi bukan yg aktif dalam bergerak, anak ini
kalem. Terlepas ia datang bersama ayahnya, namun kedatangannya ke mesjid
untuk sholat jum'at saat bisa dan pantas untuk di beri apresiasi, walau
yaa penulis melihat dalam gerakan sholatnya tidak sebaik dan setenang
anak yg pertama diceritakan.
Terakhir, penulis melihat
seorang bapak, yg tangan kanannya kehilangan fungsi motoriknya *CMIIW*
sehingga saat berdiri tangan kanannya hanya bisa menjulur ke bawah, yg
ketika sholat ia slalu berusaha mengangkat tangan kanannya dengan tangan
kirinya untuk bersedekap, yg walau bgaimanapun tetap nda bs sempurna.
Kemudian ketika rukuk bapak tersebut meletakkan tangan kirinya di lutut
kanan sembari memegang tngan kanannya. Begitu pula saat sujud.
Salute!!!
Itulah yg bisa penulis ungkapkan, bapak itu paham, dalam keterbatasan
fisiknya ia nda mampu menyempurnkan gerakan sholatnya, tapi ia yakin
Allah maha mengetahui kelemahan hamba-Nya.
Super. . .!!
karena bapak itu menyadari, keterbatasan fisik bukan alasan untuk
meninggalkan kewajibannnya dalam beribadah. Terlebih di luar sana banyak
org yg sudah berumur, yg sehat, yg kuat, enggan untuk sholat,, banyak
pula yg memiliki kekurangan tapi tambah "kemetak" alias sok wa sombong
nda mau sholat.
That's it,, tiga orang yg amazing, luar
biasa, sensasional *jgn monyong" kyk tukul bacanya* yg biasa penulis
temui saat sholat jum'at di masjid al-Muhajirinm Mungkin buat sebagian
orang adalah hal yg biasa" aja. Tapi tidak dalam kacamata penulis
sendiri..
Singkat kata -blum akhir kata-, semoga tulisan ini bermanfaat bagi yg membacanya.
Akhir kata: Udah :)
RD.
Samarinda,
20 Januari 2014
No comments:
Post a Comment